1 min dibaca
27 Mar
27Mar
Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm

Sering kali, manusia mencoba "menyogok" Tuhan dengan berbagai persembahan dan ritual. Kita berpikir, semakin banyak doa kita panjatkan, semakin sering kita berderma, semakin rajin kita menghadiri ibadah, maka Tuhan akan lebih berkenan kepada kita. Namun, apakah benar Tuhan menginginkan itu?

Yeremia mengingatkan kita bahwa Allah tidak haus akan kurban, melainkan mendambakan hati yang taat. Sama seperti seorang ayah yang lebih menginginkan anaknya mendengarkan nasihatnya daripada sekadar memberinya hadiah, demikian pula Allah menginginkan kesetiaan dan keadilan, bukan sekadar persembahan tanpa makna.

Lihatlah bagaimana Yesus menghadapi tuduhan bahwa Ia bersekutu dengan Beelzebul. Ia menunjukkan bahwa kuasa-Nya bukan berasal dari kegelapan, tetapi dari "jari Allah" sendiri. Kuasa yang mengusir kegelapan itu adalah tanda bahwa Kerajaan Allah telah hadir di tengah-tengah manusia. 

Di hadapan Yesus, tak ada posisi netral. "Barang siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku" (Luk 11:23). Hari ini, kita diundang untuk merenungkan: Apakah kita hanya sibuk dengan ritus dan ritual, tetapi lupa menjalani hidup dengan keadilan dan kasih? Apakah kita benar-benar bersama Yesus, atau kita justru masih setengah hati dalam mengikuti-Nya?

Allah tidak menginginkan persembahan yang kosong, tetapi ketaatan yang tulus. Maka, marilah kita beribadah bukan hanya dengan bibir, tetapi dengan hidup yang berkenan kepada-Nya—hidup yang dipenuhi kasih, keadilan, dan kesetiaan.

🌿 Tuhan, bentuklah hatiku agar taat kepada-Mu. Jangan biarkan aku hanya berhenti pada ibadah lahiriah, tetapi penuhilah aku dengan semangat kasih dan kebenaran. Amin.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.