Suara Keheningan | Yancen Wullo
Jauhnya sebuah perjalanan akan terasa singkat dan menyenangkan jika ada komunikasi timbal balik bagi yang sedang menjalaninya. Apalagi bahasa komunikasi tidak formal, lebih pada suasana santai atau tidak resmi. Bentuk kalimat pun sederhana, kosakata pun adalah kosakata sehari-hari. Bahasanya lebih gaul tanpa kaku. Itulah sebuah percakapan yang adalah bagian dari komunikasi kita. Namun ada orang ingin melakukan perjalanan sendiri. Lebih memilih diam, hening tanpa kata, ditemani iringan musik sambil menikmati kesendiriannya di manapun ia akan pergi.
Beberapa kelompok umat Paroki Sidikalang berbagi pengalaman perjalanan mereka menuju Paroki Perdagangan pada Minggu, 18 April 2021. Beberapa mobil mereka tumpangi. Ada mobil kelompok bapak-bapak, ada juga kelompok ibu-ibu. Tujuannya mengikuti misa syukur imam baru Pastor Doni Malau O.Carm. Perjalanan menempuh waktu lima jam. Berangkat jam 03.00 dini hari dan tiba jam 08.00 pagi. Walaupun jarak yang jauh dengan kondisinya tidak begitu baik, mereka menempuhnya dengan penuh sukacita.
Sepanjang jalan mereka bercakap-cakap tentang apa saja yang menarik. Mereka berbagi pengalaman tentang pribadi, keluarga, pekerjaan, anak-anak dan bagaimana perjuangan hidup saat ini. Suasana batin menentukan hangatnya sebuah percakapan. Mereka juga bercakap-cakap tentang tujuan perjalan mereka untuk mendukung imam baru dalam tugas pelayanan. Inilah bentuk semangat cinta dalam kekeluargaan. Beberapa kali mereka bercanda dan tertawa ria. Percakapan itu menyenangkan, menguatkan serta menyemangati. Ungkapan sukacita itu membuat jauhnya perjalanan terasa singkat dan tidak membosankan.
Tidak hanya umat dari Sidikalang tetapi ada yang datang dari mana-mana untuk menghadiri perayaan syukuran. Mereka datang dengan kisah percakapan yang unik dan selalu berbeda. Ada perjumpaan dan saling berbagi. Walau tidak saling mengenal namun kisah percakapan mereka menjadi momen untuk saling menyatukan kasih persaudaraan.
Mereka ingin berbagi kisah dalam satu dukungan bagi Imam baru bahwa mereka adalah bagian yang selalu ada dan mendukung perjalan imamat selanjutnya. Inilah bukti kecintaan umat bagi para imamnya. Perjalanan menggapai imamat itu bukan waktu yang singkat, demikian juga penghayatan tugas sebagai imam masih terbentang luas dalam waktu, namun kehadiran umat justru menjadikan perjalanan itu sebagai sebuah perjalanan indah dan membahagiakan. Ini sebuah percakapan rohani, percakapan iman yang bermakna.
Memilih untuk sendiri dalam sebuah perjalanan adalah sebuah keputusan. Tentu dengan segala konsekuensinya. Tanpa bercakap-cakap dengan siapapun selama perjalanan jauh adalah hal yang amat membosankan. Ada godaan besar untuk ngantuk dan tertidur jika sebuah perjalanan itu tidak dinikmati. Menciptakan sejarah adalah pengalaman yang tidak pernah terlupakan bagi saya.
Memutuskan untuk melakukan perjalanan jauh selama empat jam dengan sebuah sepeda motor itu menyenangkan walau bagi banyak orang amat membosankan. Namun sungguh tak ada yang bisa menghalau sebuah kebosanan selain rasa kenikmatan akan sebuah perjalanan. Menikmati sebuah perjalanan adalah bagian dari ungkapan cinta.
Selain pemandangan bukit-bukit yang menghijau, aliran air jernih pada beberapa sungai, deretan rumah-rumah penduduk serta hamparan perkebunan dengan hasilnya yang indah serta berjumpa dengan orang-orang yang tidak dikenal adalah pengalaman perjumpaan yang mengagumkan. Percakapan hening dengan alam yang indah, perjumpaan dengan orang asing justru membuatku untuk kembali bercakap-cakap dengan diriku.
Beberapa kali spontan terucap, betapa indah kebaikan Tuhan dan betapa dasyat kemegahan dunia yang menjadikanku selalu bersyukur. Pada beberapa tempat sejenak berhenti dan berefleksi. Sambil mengalami hening dari keramaian, memandang alam serta menikmati kicauan burung pada hamparan bukit itu.
Teringat kata-kata Pater Dr. Leo Kleden, seorang dosen hermeneutik demikian “alam adalah surat cinta yang ditulis oleh Allah bagi manusia” surat itu semestinya diterima, dibuka, dibaca serta dihayati dan mesti di balas surat cinta itu. Kita bisa seperti gadis bodoh dan buta huruf, yang menerima surat cinta dari sang raja, namun hanya menerima, bisa membukanya namun tak bisa membaca dan membalasnya.
Sungguh indah kata-kata ini, memukau, menyadarkan bahwa sesungguhnya sepanjang perjalanan, saya sedang mengalami suasana cinta. Saya sedang menerima surat cinta, sedang membacanya dan pada waktunya surat cinta itu mesti dibalas. Alasannya ketika mampu bersyukur untuk nikmatnya sebuah kehidupan yang telah disediakan Allah bagiku.
Demikian saya menulis kata-kata-kata indah ini sebagai sebuah percakapan iman:
"Oh sungguh mengagumkan kebaikan Tuhan. Alam adalah surat cinta, manusia adalah makluk cinta, perjumpaan adalah ekspresi cinta dan setiap percakapan adalah kata-kata cinta bagi dunia.
Sukacita perjalanan sambil menikmati minuman khas Just Kelapa muda.