Suara Keheningan | Yancen Wullo
Ketika raga tak mampu dilihat, suara tak didengar lagi dan hilang kabar darimu disitulah aku merasa bahwa engkau begitu berarti. Semua tinggal kenangan dan tak mampu kembali lagi. Engkau yang selalu menyapaku di pagi hari, memberi senyum saat berangkat kerja, menelponku di sela-sela kesibukan, kini benar-benar hilang. Tak ada rupa dan suaramu, tak ada satupun dering handphone ataupun pesan singkat yang masuk darimu. Kau benar-benar hilang, entah di mana akupun tak tahu. Rasanya terlalu singkat perjumpaan ini dan terlalu cepat aku mengenangmu.
Dinamika hidup selalu demikian pahit. Rasanya “Hilang kontak” menjadi kata- kata traumatis dan menakutkan bagi banyak orang. Ketika banjir bandang di NTT teristimewa di Pulau Lembata, rasaku begitu menyedihkan. Hilang kontak dengan keluarga, saat semua nomor telepon tidak bisa dihubungi. Muncul banyak pertanyaan dan persepsi yang bukan-bukan. Rasa galau serta gelisah selalu menghantui pikiranku. Banyak orang bertanya tentang bagaimana kabar keluarga disana? Berani mengatakan bahwa kami “hilang kontak” beberapa waktu. Semoga mereka baik-baik saja, demikian harapanku. Beruntung sehari Pasca bencana keluarga bisa dikontak dan mereka dalam keadaan baik dan selamat.
Sejak Rabu, 21 April sebuah berita menghebohkan kita. Bahwa telah “hilang kontak” kapal selam KRI Nanggala 402 di wilayah perairan Bali. Kabar ini mengejutkan dunia. Kapal KRI 402 buatan Jerman ini pada akhirnya dinyatakan tenggelam di kedalaman 838 meter di bawah laut. 53 personel dalam kapal selam KRI Nanggala 402, gugur ketika menjalankan tugas negara. Mereka adalah prajurit-prajurit terbaik TNI, demikian kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.Bermula dari berita “hilang kontak” dan berakhir pada kedalaman 838 meter jauh dan sulit terdeteksi. Sejak berita itu heboh, keluarga awak kapal Nanggala 402 bertanya-tanya dan mencari tahu keberadaan anggota keluarga mereka. Masing-masing mereka mengontak, namun tak ada satupun yang membalas dan memberi respon. Nomor yang dituju berada di luar jangkauan. Situasi semakin menggelisahkan. Tak ada satupun yang tahu di mana orang-orang kesayangan itu. Hanya yang terungkap dan terdengar adalah kapal KRI Nanggala 402 kehilangan kontak.
Sebelum bertugas, beberapa personil kapal itu meminta doa dari keluarga, istri dan anak, namun siapa sangka itu permintaan terakhir. Tak ada yang bisa mengira bahwa itu sebuah pamitan yang tak akan diulang lagi. Ternyata itu suara terakhir, kata terakhir dari pesan singkat yang sampai kapanpun terus disimpan sebagai kenangan terakhir.
Namun sungguh tak terduga rasa manusia. Sampai saat ini tak ada satupun kabar baik tentang akan pulangkah orang kekasih mereka ini dalam keadaan selamat? Tangisan demi tangisan, ucapan doa datang dari mana-mana dan kesedihan, kembali harus melanda kitai. Indonesia kembali menangis dan berduka. Covid 19 belum berakhir, duka NTT belum selesai, kita harus menerima kenyataan tentang hilangnya 53 orang pahlawan bangsa yang gagah perkasa. Kini kita tidak saja kehilangan kontak, namun kita kehilangan nyawa para prajurit bangsa. Rasa trauma tidak pernah berakhir ketika kata-kata “hilang kontak” pada akhirnya terucap lagi.
Semua kini telah terjadi. Sejarah akan berceritera tentang kejadian ini pada generasi demi generasi. Selain duka, kita patut mengucapkan terima kasih untuk jasa mereka. Ungkapan belasungkawa dalam derap air mata namun rasa bangga atas jasa tak akan pernah hilang. Kini foto-foto kenangan di panjang, kisah indah diperdengarkan, semua dalam kenangan. Mereka adalah pahlawan bangsa. Sekalipun kehilangan kontak dengan mereka namun jasanya tak akan pernah hilang sepanjang masa. Kita pun berdoa semoga semua amal bakti serta pengabdian mereka diterima oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan semoga keluarga tidak kehilangan harapan hidup. Aku pun ingin mengenangmu dalam kata.
Kau terlahir dari keluarga, namun berbakti bagi dunia.Meninggalkan keluarga demi bangsa,Kau mati untuk kami, bukan saja mereka,karena Kau adalah pahlawan yang berbakti.Terima kasih untukmu.
Aku ingin selalu ada kabar darimu, bukan karena aku ingin diperhatikan namun karena kamu begitu berarti. Aku, kamu dan kita berarti. Konsepnya sederhana dari sebuah persaudaraan. Menjadi saudara berarti selalu memberi kabar, bertanya kabar itu yang paling sederhana. Nilai saudara ada pada ”kepedulian”untuk bertanya dan merasa seperti yang dirasakan saudaramu. Persaudaraan seperti cinta, mudah dikatakan tapi sulit dilaksanakan. Persaudaraan lebih gampang didiskusikan daripada hidup sebagai saudara. Sungguh, alangkah baik dan indahnya hidup sebagai saudara.
Aku tak ingin “hilang kontak” begitupun harapanmu. Mungkin dalam kontak, kata-katanya sederhana, tak butuh banyak waktu. Kita akan jauh merasa kehilangan saudara ketika, kata yang sesungguhnya bisa terucap, kita abaikan.