Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Betapa sulitnya memahami cinta. Manusia yang jatuh cinta kerap membuat bingung keluarga, kerabat, dan tetangganya. Bukankah orang yang sedang dimabuk cinta kadang seperti "orang gila"? Mereka bilang, "Dunia milik kita berdua." Adegan dalam injil hari ini (Yohanes 12:1-11) juga melukiskan cinta. Minimal itu tampak dalam diri dua orang.
Yudas tidak terlepas dari cinta, yakni cinta uang. Semua diukur dengan uang. Ketika Maria, saudara Lazarus mengurapi kaki Yesus dengan minyak, dia berkata, "Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual tiga ratus dinar, dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?" (Yohanes 12:5). Yohanes menegaskan motivasi di balik kata-katanya (Yohanes 12:6). Dia bukan hanya cinta uang, tetapi juga pencuri yang egois.
Berbeda dari Yudas, Maria mengurapi kaki Yesus dengan minyak sebagai tanda cinta dan hormat terhadap Yesus, sahabatnya. Yesus menegaskan makna tindakan Maria itu, "Biarkanlah dia melakukan hal ini mengingat hari penguburan-Ku" (Yohanes 12:7). Betapa mulia tindakan Maria. Apa maknanya?
Pertama, cinta sejati terungkap dalam tindakan yang bernilai amat tinggi. Maria tidak hanya menuangkan minyak wangi yang mahal harganya, melainkan mengingatkan semua orang akan kasih dan pengorbanan Yesus hingga wafat. Penguburan Yesus itu menegaskan bahwa Yesus sungguh mencintai sampai selesai. Kasih-Nya tiada tara dan tidak terbaca oleh mata dunia.
Kedua, Maria menunjukkan cintanya yang amat mendalam kepada Yesus. Harga cinta yang dibayarnya tidak terbaca oleh mata biasa. Apalagi mata Yudas yang dikaburkan oleh cinta uang. Ini menantang setiap pengikut Yesus untuk bertanya tentang kadar cintanya kepada Yesus. Sejauh mana kita telah mencintai-Nya?
Dalam konteks ini, Yesus juga bersabda, "Orang-orang miskin selalu ada padamu, tetapi Aku tidak akan selalu ada pada kamu" (Yohanes 12:8). Apa pesannya? Kita tidak dapat mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu, tetapi kita tetap bisa mencintai-Nya dengan mengasihi orang-orang miskin.
Yesus bersabda, "Segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku" (Matius 25:40). Orang-orang miskin itu bagaikan kaki Yesus yang bisa kita cuci dengan minyak kasih dan bela rasa.
Di tengah dunia yang diwarnai dengan budaya individualistik yang mengambil keuntungan dari orang lemah dan miskin, pesan injil hari ini menjadi "counter culture" amat menantang. Beranikah kita mencuci kaki Yesus yang disodorkan kepada kita dalam diri kaum miskin, lemah, dan tersingkir? Tindakan ini sering kurang dihargai, karena harga cinta tak terbaca.
Senin, 14 April 2025HWDSF