Suara Keheningan | RP. Inosensius I. Sigaze, O.Carm
Kepergian seseorang yang dikenal sebagai tokoh publik selalu membangkitkan gairah baru untuk menulis tentangnya. Menulis tentang hidup, karya, pengalaman perjumpaan dan apa yang terpenting dalam hidupnya. Dari latar belakang itulah, saya terpanggil untuk menulis tentang Mgr. Hadisumarta yang sudah meninggal dunia dua hari yang lalu.
Beberapa informasi yang dimuat ini tentu akan melengkapi tulisan orang-orang yang mengenalnya. Sebagai saudara dalam Ordo Karmel, saya punya kenangan pribadi ketika bertemu beliau.
Perjumpaan pribadi dengan Mgr. Hadisumarta
Saya pernah sekali berjumpa langsung dengan Mgr. Hadi pada tahun 2009 di Wisma Tosiga Jakarta. Pertemuan itu sangat mengesankan karena saya diberitahu oleh seorang Bruder bahwa beliau pada siang hari ini biasanya punya waktu istirahat siang, namun jika ada tamu yang datang mau bertemunya, maka beliau akan selalu siap berbicara dengan tamu siapa saja.
Bermodalkan cerita itu saya berangkat ke Wisma dan menjumpai Mgr. Hadi persis seperti yang sudah diceritakan itu. Nah, bagi saya hal seperti itu sangat menarik. Kesiapan untuk berjumpa dengan siapa saja sama dengan ia mengatakan, "saya punya waktu untuk semua orang yang ingin berjumpa dengan saya." Hal seperti itu bisa saja dianggap kecil, tetapi sebenarnya bukan hal kecil, tetapi hal besar yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang, apalagi oleh orang-orang tertentu yang punya jabatan dan posisi tinggi.
Kesibukan manusia modern saat ini, bisa menjadi satu alasan masuk akal untuk menghindari perjumpaan dengan orang lain. Apalagi kalau seseorang itu punya jam terbang tinggi. Tidak seperti itu bagi Mgr. Hadisumarta. Ia selalu punya waktu kapan saja dan untuk siapa saja.
Ya, suatu kenangan indah yang beliau tunjukkan kepada semua orang dan tentu kepada orang-orang yang pernah berjumpa dengannya. Satu hal ini penting dikenang bahwa Mgr. Hadisumarta pada usia tuanya, tetap punya suara lantang membawakan misa dan menyanyikan prefasi.
Ketegasan dan kejelasan suaranya sama dengan ketegasan dan kejelasan komitmen hidupnya sendiri.
Berita kepergian Mgr. Hadisumarta
Uskup Emeritus Keuskupan Manokwari-Sorong (KMS) Mgr. F.X. Hadisumarta meninggal dunia pada pukul 03.31, Sabtu, 12 Januari 2022. Pesan ini disampaikan langsung oleh Provinsial terpilih Rm. Hariawan Adji, Ocarm setelah menerima informasi dari Romo Ignasius Budiono, O.Carm pada pukul 22.02 waktu Indonesia kepada seluruh konfrater Karmel di seluruh Indonesia.
Apa yang terjadi selanjutnya? Ucapan turut berduka cita dan doa datang dari berbagai pihak baik dari konfrater sendiri, maupun dari umat dan beberapa uskup berdatangan. Tidak hanya itu, media-media online pun tidak kalah cepatnya merilis berita kepergian Mgr. Hadi sejak kemarin.
Riwayat hidup singkat
Mgr. Hadi lahir pada 13 Desember 1932 di Ambarawa (Jawa tengah, Hindia Belanda) dengan nama lengkap Francis Xavier Sudartanta Hadisumarta, O,Carm. Ditahbiskan menjadi imam pada 12 Juli 1959 pada usia 26 tahun 211 hari. Paus Paulus VI mengangkatnya menjadi Uskup Keuskupan Malang pada tanggal 1 Maret 1973.
Selanjutnya, Uskup Agung Semarang dan Vikaris Militer Indonesia, Kardinal Justin Darmojuwono, menahbiskannya sebagai Uskup pada tanggal 16 Juli 1973. Menurut catatan Wikipedia dalam bahasa Jerman, seorang konsekratornya pada saat itu adalah Leo Soekoto SJ, Uskup Agung Jakarta, dan Jan Antonius Kloster CM, Uskup Surabaya.
Dalam perjalanan waktu pada masa Paus Yohanes Paulus II, Mgr. Hadisumarta diangkatnya menjadi Uskup Manokwari-Sorong pada 5 Mei 1988. Lalu pada 30 Juni 2003, ia mengundurkan diri dari jabatan dari keuskupan Sorong pada usia 70 tahun, 199 hari.
Riwayat karya sebagai Uskup
Menjadi uskup Malang sejak tahun 1973-1988. Ketua Konferensi Waligereja Indonesia tahun 1979-1988. Menjadi Uskup Manokwari - Sorong sejak tahun 1998-2003.Motto: Evangelium Christi.Catatan akhir tentang Mgr. Hadisumarta, O.Carm:Uskup F.X. Hadisumarta O Carm: (Pesan langsung Mgr. H. Datus Lega via SMS kepada seorang Imam Karmel yang berkarya di Sorong, P. Faby, O.Carm.
Ketika saya dipercayakan meneruskan tongkat estafet penggembalaan umat di Keuskupan Manokwari-Sorong (KMS) pd 2003, saya menjadi tahu bahwasanya penunjukan Mgr. F.X. Hadisumarta O Carm sebagai Uskup KMS, antara lain, karena pengorbanan beliau.
Ketika itu, 1988, nampaknya sulit menemukan sosok Uskup baru untuk menggantikan Mgr. Petrus van Diepen OSA yang sakit-sakitan dan akan segera mengundurkan diri. Mgr. Hadisumarta sebagai Ketua KWI waktu itu menawarkan kepada rekan Uskup se-Indonesia kalau-kalau ada yang sukarela dipindahkan ke Sorong?
Tanpa ada jawaban pasti, beliau menyodorkan diri sendiri. Seingat saya beliau bersaksi 'harus ada yang berkorban'. Maka Mgr. Hadisumarta meninggalkan Keuskupan yang sedang dipimpinnya, Malang, dan beralih ke Sorong. Kepindahan itu sesungguhnya bukan sekedar pengorbanan melainkan juga menegaskan keleluasaan sekaligus kekayaan pandangan misioner beliau. Selama 15 tahun beliau mengabdi KMS di wilayah Kepala Burung Papua.
Salah satu masterpiece dari pengabdian Hadisumarta di KMS adalah upaya kemandirian gereja lokal. Beliau getol dengan perjuangan memandirikan gereja lokal hampir dalam semua aspek menggereja. Kini terus terang kami tinggal memetik buah-buahnya.
Mgr. Hadisumarta akan tetap dikenang sebagai Uskup dengan gagasan misioner yang sekian melintas batas sekaligus sebagai Uskup yang memeterai kekuatan gereja lokal pada semangat dan gerakan kemandirian. Semoga Bapak Uskup Hadisumarta beristirahat dalam kerahiman Tuhan. RIP. (+ H. Datus Lega; Uskup KMS sejak 2003).
Selain ucapan pribadi dari Mgr. H. Datus Lega, ada juga ucapan lain dari Pater Provinsial Jerman. P. Peter S, O.Carm: "Er war ein großer Karmelit und ein Bischof. RIP."
Saya pernah mendengar cerita dari P. Peter bahkan Mgr. Hadisumarta itulah yang menabiskan menjadi seorang Diakon. Tidak jarang dalam percakapan kami, nama beliau masih terus disebut di Jerman. Mgr. Hadisumarta pernah studi di Jerman dan karena itu dikenal oleh banyak imam Karmel di Jerman.
Sudah sejak masa mudanya beliau suka menulis hingga pada usia pensiun di Wisma Tosiga. Artikel, khotbah dan tulisan lainnya sangat mendalam dengan aksen khusus biblis, reflektif dan sunyi dari kedalaman batinnya. Saya tidak tahu berapa banyak karya tulisan beliau dan berapa banyak orang menulis tentangnya.
Ya, keterlibatan dan kepeduliaan terhadap Gereja dan persoalan sosial Indonesia sudah terlihat sejak pada usia mudanya. Mgr. Hadisumarta juga pernah menjadi anggota pengurus Bhumiksara Pertama (29 Agustus-13 Februari 1989). Visi utama Bhumiksara Pertama adalah mengemban misi sumber daya manusia cendekia, mengembangkan keunggulan intelektual dan keahlian profesional serta integritas moral melalui berbagai cara , menyediakan fasilitas beasiswa dan pelatihan orang-orang yang berpotensi menjadi pemimpin. (Darma Kadarma: Rintisan, pendidikan dan kaderisasi). Pada masa itu Mgr. Hadisumarta sudah berkenalan dengan Bapak Frans Seda, Romo F. Danuwinata, SJ dan J. Sadiman. Tentu beliau mengenal banyak tokoh-tokoh terkenal lainnya pada masa itu di Indonesia.
Demikian beberapa catatan singkat yang dirangkum dari beberapa sumber informasi tentang Mgr. F.X. Hadisumarta, O.Carm. Tulisan ini tentu masih jauh dari informasi yang lengkap tentang seluruh kehidupan, studi dan karya-karyanya. Oleh karena itu, tulisan ini merupakan catatan pribadi sebagai konfrater seordo yang pernah mengenalnya dan juga ingin mengenang fase hidup yang penting untuk dikenang selanjutnya.
Bagaimana juga keterbatasan informasi tentang beliau, sudah pasti karya-karyanya jauh lebih melekat dalam sanubari para Karmelit, dan seluruh umat Katolik Indonesia yang pernah dilayaninya.RIP. Mgr. F.X. Hadisumarta, bahagia di surga abadi.
Salam persaudaraan, ino, 13.02.2022.