Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Terdapat bermacam-macam kasih. Ada kasih asmara (eros), kasih filia (persahabatan melebihi keluarga), dan kasih agape (kasih tertinggi, sempurna).
Kasih yang terakhir itu bebas dari kepentingan diri, tanpa batas dan tanpa syarat. Kasih ini bersifat total; identik dengan kasih Tuhan kepada makhluk ciptaan-Nya.
Allah sendiri mempercayakan kasih itu kepada Yesus Kristus, Putera-Nya. Dan Sang Putera menyerahkannya kepada Roh Kudus. Akhirnya, Roh Kudus memberikannya kepada Gereja.
Kasih yang menyelamatkan itu diberikan melalui Yesus Kristus yang dikorbankan sebagai Anak Domba. Dalam korban-Nya itu Dia memberikan tubuh dan darah-Nya sebagai wujud penyerahan total-Nya.
Kasih ekaristik memiliki tiga aspek, yakni korban, syukur dan pelayanan. Mengalir dari semangat berkorban kasih itu kemudian dipersembahkan dalam rasa syukur; dan berujung pada pelayanan.
Aspek terakhir itu penting diperhatikan agar orang merayakan kasih ekaristi bukan hanya untuk dirinya sendiri. Hendaknya mereka merayakannya dengan semangat korban dan syukur untuk bisa melayani Tuhan dan sesama.
Orang diundang untuk mengenangkan penyerahan diri-Nya dalam ekaristi. Setiap kali merayakannya orang diajak mengingat dan menghayati kasih total Sang Allah Putera itu. Kasih yang mengentaskan manusia dari dosa dan melepaskan dari kematian.
Dengan menerima tubuh-Nya orang dipersatukan dengan-Nya agar mampu menghayati kasih ekaristik dalam hidup sehari-hari.
Kasih ekaristik itu menyatakan pengorbanan yang dilakukan dengan rasa syukur. Mereka yang mengambil bagian dalam mewujudkan kasih ekaristik akan menikmati buah keselamatannya.
Semoga berpartisipasi dalam ekaristi tidak menjadi rutinitas tanpa arti. Tetapi menjadi kesempatan untuk membarui komitmen dalam mewujudkan cinta kasih ekaristik.
Kamis Putih, 14 April 2022RP Albertus Magnus Herwanta, O. Carm.