Suara Keheningan | RP. Albertus Herwanta, O.Carm
Secara kodrati semua orang ingin mencapai hidup yang baik dan sempurna. Nilai dan makna yang terkandung dalam hidup demikian beragam.
Ada yang memaknainya sebagai hidup bebas yang serba diaturnya sendiri. Ada pula yang meletakkannya dalam sukses meraih kekayaan materi atau kedudukan sosial yang tinggi. Semua perlu dihargai, karena masing-masing memberi kontribusi dalam hidup ini.
Di samping itu, masih ada keberhasilan hidup secara rohani. Orang yang mencapainya disebut orang suci. Mereka hidup dengan mengikuti ajaran yang diringkas dalam Sabda Bahagia (Mat 5: 1-12).
Dibanding dengan capaian yang disebut pada alinea kedua, sukses mereka bagaikan kontradiksi. Misalnya, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga" (Mat 5: 3). Miskin kok bahagia?
Ajaran ini mengajak orang agar di tengah sukses duniawi punya sikap mengosongkan diri. Tidak mengutamakan diri sendiri atau menganggap diri sebagai pusat pengendali. Lepas bebas.
Ini menuntut orang untuk percaya, terbuka dan berserah kepada Tuhan. Dengan demikian Tuhan memimpin dan mengisi hidupnya dengan kehendak-Nya. Tuhanlah yang merajai hidupnya.
Jalan ini penuh tantangan, karena orang cenderung ingin bebas dan mengontrol dirinya sendiri. Orang khawatir Tuhan merampas kebebasannya. Namun jalan ini disediakan bagi semua orang, tanpa kecuali. Yang sukses menempuhnya disatukan dalam persekutuan para kudus.
"Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan tahta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan menegang daun-daun palma di tangan mereka" (Why 7:9).
Senin, 1 November 2021Hari Raya Semua Orang KudusRP Albertus Herwanta, O. Carm.