Suara Keheningan | Yancen Wullo
Menghitung hari hidupmu dalam waktu, terasa panjang jika usiamu semakin hari semakin bertambah. Namun terasa begitu singkat, jika waktu itu berlalu tanpa makna. Waktu menjadi penting untuk mengisi hari-hari hidup. Tak bisa dihindar waktu membuatmu menghitung-hitung usia. Semakin tua usiamu, semakin berkurang masa hidupmu. Waktu berlalu begitu cepat membuat hidup terasa singkat.
Jika dari kata engkau mengukur hari hidupmu maka tak bisa engkau menghitung berapa kata yang sudah terucap sejak pertama kali engkau belajar berbicara. Mungkin begitu banyak kata bermakna maupun yang tak bermakna yang tak sempat terekam lagi. Engkau sudah menabur kata bahkan jauh lebih banyak dari hari-hari hidupmu.
Apabila hari-hari hidup diukur dalam setiap detik, menit dan jam yang telah dilalui, maka engkau akan berkata waktu hidupku begitu panjang sampai tak dapat menghitungnya. Hidupku sangat bermakna ketika setiap waktu, sekecil apapun itu bisa dihitung dengan teliti.
Namun ketika mengukur waktu dari pengalaman maka jawaban pun bervariasi. Semakin pengalaman itu indah, mengesankan, maka hari hidup itu terasa begitu cepat bila dihitung dalam angka. Bahkan dengan mudah mengatakan janganlah hari hidupku berlalu begitu cepat. Biarlah waktu-waktu ini kunikmati.
Demikian pula ketika engkau terluka dalam waktu dan pengalaman, tak jarang terdengar keluhan dengan nada pesimis. Rasanya hari-hariku begitu menjenuhkan dan terlalu lama berlalu. Waktu ini tak sedikitpun menarik dan bermakna walau melalui proses yang panjang. Berharap hari-hari ini berlalu dan ingin cepat melupakannya.
Namun ketika harimu dihitung dari apa yang telah engkau perbuat, mungkin engkau mulai menghitung berapa banyak kebaikan yang pernah diberikan dan berapa banyak orang yang menghiasi hari-hari bahagiaku. Hari-hariku begitu indah dan mengesankan karena orang lain bisa mengalami betapa hadirku berguna bagi mereka.
Berapa banyak orang menikmati kebaikan itu. Banyak yang membalas kebaikan itu dan akupun bisa menghitung berapa hari-hariku penuh berkat dari kebaikan yang pernah ditaburkan. Engkau akan begitu cepat melupakan kejahatan yang pernah diterima karena kebaikan yang telah engkau berikan jauh lebih berguna dibanding kejahatan yang diterima.
Lupakan kebaikan yang engkau berikan kepada orang lain, jangan engkau begitu cepat menghitung hari-harimu dengan ukuran demikian. Jika engkau menghitungnya maka hari-hari hidupmu hanyalah kesempatan untuk menunggu kapan menerima pembalasan dari mereka. Jika engkau tak mendapatkannya maka engkau pasti kecewa dan menuntut. Hari-hari yang telah engkau hitung semakin singkat.
Cukuplah engkau mengingat kebaikan mereka, dengan demikian engkau mengisi harimu dengan melakukan kebaikan untuk membalas kebaikan yang telah engkau terima. Engkau belajar mengisi hari-harimu dalam waktu, bersyukur atas apa yang telah diterima, dan terus menjadikan waktu itu berharga di dalam kebaikan, sehingga engkau layak menghitung harimu dalam hati yang bijaksana. Ajarilah kami menghitung hari-hari kami, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmur 90:12).
Mengitung hari berarti sebagai orang beriman kita mengingat kembali bagaimana menjalani hari-hari-hidup. Bagaimana kita menggunakan hari-hari yang Tuhan berikan dan bagaimana kita mempertanggungjawabkan setiap waktu yang diberikan dengan menabur kebaikan. Dengan demikian hari-hari hidup sekalipun singkat jauh lebih bermakna.
Dengan demikian setiap orang mampu menghitung hari-hari hidupnya sesuai ukurannya. Engkau bisa menggunakan angka namun itu bukan ukuran sesungguhnya. Engkau menjadi bijaksana ketika harimu, waktumu, diukur dari berapa banyak orang yang menerima kebaikanmu dan sejauh mana “ada”mu menghadirkan sesuatu bagi orang lain. Hari-harimu akan begitu bermakna dalam waktu ketika engkau mempertanggungjawabkannya.