2 min dibaca
17 Aug
17Aug
Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm

Dogma tentang Maria diangkat ke surga, yang juga dikenal sebagai "Assumptio Mariae" dalam bahasa Latin, adalah salah satu ajaran penting dalam Gereja Katolik yang mengajarkan bahwa Maria, Bunda Yesus, diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya setelah akhir hayatnya di dunia. Berikut adalah sejarah dan perkembangan dogma ini:

1. Asal Usul dan Tradisi Awal

Kepercayaan akan pengangkatan Maria ke surga telah ada dalam tradisi Gereja sejak abad-abad awal kekristenan, meskipun tidak segera dijadikan dogma resmi. Pada abad ke-4 dan ke-5, tulisan-tulisan dari Bapa Gereja, seperti Santo Epifanius, mencatat adanya keyakinan akan pengangkatan Maria, tetapi tidak memberikan rincian yang jelas. Tradisi ini semakin berkembang di kalangan umat beriman, terutama di Timur, di mana Pesta "Dormition of the Theotokos" (Tidurnya Bunda Allah) dirayakan untuk menghormati Maria.

2. Pengembangan dalam Liturgi dan Teologi

Pada abad ke-6, perayaan "Dormition" mulai menyebar di seluruh dunia Kristen, termasuk di Barat. Kepercayaan ini diteguhkan oleh banyak teolog dan liturgi yang berkembang, termasuk tulisan-tulisan dari Santo Gregorius dari Tours pada abad ke-6, yang secara eksplisit menyatakan bahwa Maria diangkat ke surga. Keyakinan ini semakin diperkuat dalam tulisan-tulisan dan homili para Bapa Gereja dan teolog abad pertengahan.

3. Pengakuan dalam Magisterium Gereja

Meskipun telah diimani oleh umat dan diakui secara luas dalam tradisi dan liturgi Gereja, pengangkatan Maria ke surga baru menjadi fokus teologis yang lebih formal pada abad ke-19. Beberapa Paus, termasuk Paus Pius IX, menekankan pentingnya devosi kepada Maria dan perlahan-lahan mempersiapkan dasar bagi pengumuman dogma resmi.

4. Deklarasi Dogma oleh Paus Pius XII

Pada 1 November 1950, Paus Pius XII, melalui bulla Munificentissimus Deus, secara resmi mendefinisikan dogma Maria diangkat ke surga. Dogma ini menyatakan bahwa Maria, setelah menyelesaikan perjalanan hidupnya di dunia, diangkat ke surga dengan tubuh dan jiwanya. Paus Pius XII menyatakan bahwa dogma ini merupakan pengakuan terhadap martabat Maria sebagai Bunda Allah dan sebagai hasil dari keyakinan yang telah lama dipegang oleh umat Katolik.

5. Implikasi dan Makna Teologis

Dogma ini memiliki makna teologis yang mendalam, yaitu pengangkatan Maria ke surga menjadi tanda harapan bagi semua orang beriman bahwa mereka juga dipanggil untuk berbagi dalam kemuliaan kebangkitan Kristus. Maria, yang diangkat ke surga, menjadi contoh sempurna dari penggenapan janji Allah bagi umat-Nya. Dogma ini juga menegaskan keunikan dan martabat Maria dalam sejarah keselamatan.

6. Penerimaan dan Kontroversi

Meskipun diterima dengan penuh sukacita oleh umat Katolik, dogma ini tidak diakui oleh sebagian besar denominasi Kristen lainnya, termasuk Ortodoks Timur (meskipun mereka juga percaya pada pengangkatan Maria, tetapi tidak mendefinisikannya sebagai dogma) dan Protestan. Namun, dalam Gereja Katolik, dogma ini tetap menjadi salah satu fondasi penting dalam mariologi dan devosi kepada Bunda Maria.

7. Perayaan Liturgis

Hari Raya Maria Diangkat ke Surga dirayakan setiap tanggal 15 Agustus dan merupakan salah satu perayaan wajib dalam kalender liturgi Gereja Katolik. Perayaan ini menjadi momen penting untuk merenungkan keagungan dan kemuliaan Maria, serta pengharapan akan kebangkitan dan kehidupan kekal. Dogma Maria Diangkat ke Surga adalah puncak dari devosi dan pengakuan Gereja akan peran istimewa Maria dalam rencana keselamatan Allah, meneguhkan keyakinan akan kebangkitan dan pengangkatan umat beriman ke dalam kemuliaan bersama Kristus.

Komentar
* Email tidak akan dipublikasikan di situs web.