Suara Keheningan | RP. Inosensius Ino, O.Carm
Heningkan hatimu sejenak. Tarik napas dalam-dalam. Biarkan firman Tuhan meresap ke dalam jiwamu. Pernahkah kita merasa menjalani ibadah sebagai rutinitas kosong?
Kita berpuasa, berdoa, dan menghadiri perayaan liturgi, tetapi hati kita tetap dingin dan jauh dari Tuhan. Seperti umat Israel dalam Yesaya 58, kita mungkin terlihat religius, tetapi hati kita masih terikat dengan ego, kesombongan, dan ketidakpedulian terhadap sesama. Tuhan berseru dengan penuh kasih, tetapi juga dengan teguran yang pedih: "Bukan seperti ini puasa yang Aku kehendaki!" (Yesaya 58:5).
Dia tidak menginginkan pengorbanan lahiriah tanpa pertobatan sejati. Dia tidak mencari puasa yang hanya menahan lapar, tetapi puasa yang lahir dari hati yang terluka karena dosa dan rindu untuk kembali kepada-Nya. Dia menghendaki puasa yang menyembuhkan—puasa yang membebaskan belenggu kejahatan, meringankan beban orang lain, memberi roti kepada yang lapar, dan membawa pulang mereka yang tersesat.
Hati Yesus yang Mahakudus adalah jawaban bagi setiap jiwa yang mencari pemulihan.
Di dalam hati-Nya, kita melihat kasih yang tak terbatas, yang rela terluka demi menebus dosa-dosa kita. Ketika murid-murid-Nya tidak berpuasa saat Dia masih bersama mereka (Matius 9:15), itu karena kehadiran-Nya adalah sumber sukacita. Namun, saat Dia diambil dari mereka, saat Dia tergantung di kayu salib dengan hati yang tertikam, puasa itu menjadi tanda rindu dan pertobatan sejati.
Pertanyaannya: Adakah luka di hatimu yang belum sembuh? Adakah penyesalan yang terus menghantuimu? Adakah doa-doa yang terasa tak terjawab? Yesus tidak meminta kita untuk sekadar menahan lapar, tetapi untuk membawa hati kita yang rapuh dan berdosa ke dalam hati-Nya yang penuh belas kasih. Dia berjanji: "Maka terangmu akan merekah seperti fajar, dan lukamu akan pulih dengan segera" (Yesaya 58:8).
Puasa sejati bukanlah kehilangan, tetapi pemulihan. Bukan sekadar penyangkalan diri, tetapi sebuah jalan untuk mengalami kasih yang lebih dalam. Ketika kita berpuasa dengan hati yang benar—bukan untuk pamer kesalehan, tetapi untuk bertobat dan membuka diri kepada kasih Tuhan—maka kita akan menemukan hati Yesus yang selalu siap menyembuhkan, mengampuni, dan membawa kita kembali ke pelukan-Nya.
Hari ini, biarkan firman ini meneguhkan hatimu. Berpuasalah bukan hanya untuk menahan lapar, tetapi untuk kembali ke hati Yesus yang Mahakudus. Berpuasalah bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk menjadi tanda kasih bagi dunia. Dan dalam setiap langkah pertobatan kita, izinkan Yesus menyembuhkan luka-luka kita, menjawab seruan kita, dan menuntun kita dalam terang-Nya.
Tuhan Yesus yang Mahakudus, ajarilah kami untuk berpuasa dengan hati yang benar. Singkapkan dosa-dosa kami dan bimbing kami kembali kepada kasih-Mu. Bentuklah hati kami agar semakin menyerupai hati-Mu, yang lembut dan penuh belas kasih. Jadikan setiap ibadah kami sebagai persembahan yang hidup bagi-Mu, agar melalui hidup kami, terang-Mu bercahaya di dunia. Amin